Chereads / The Second Ocean / Chapter 3 - Fakta Sebenarnya

Chapter 3 - Fakta Sebenarnya

Wanita itu mendadak berdiri saat melihat Nay berjalan mendekat padanya. Penampilannya tidak ada yang berubah seperti hari saat ia mendatangi Nay ke rumahnya.

"Mau apa lagi kamu datang menemuiku?" Meskipun sebenarnya ia sudah tahu apa yang akan dibicarakan oleh wanita berambut blonde kepadanya namun ia berpura-pura tidak tahu.

Bahkan sampai ke tempat kerjaku pun ia tahu. Ya ampun!

"Kalau kamu datang kemari hanya ingin membujukku untuk meninggalkan Mas Yusuf jawabannya akan tetap sama. Aku tak akan meninggalkan Mas Yusuf begitu saja. Jadi, jangan paksa aku," sambung Nay ketus.

Untung saja, saat ini tidak ada siapapun di ruang tamu karena Ratih yang biasa menjaga sedang dimintai bantuan di dapur untuk persiapan penyambutan tamu besok. Suasana panti memang sedikit sibuk karena akan ada donatur baru di yayasan ini.

"Aku mohon, Nay." Tiba-tiba tangan Nay terasa panas karena sentuhan Indri, Ia menggenggam lalu membawa ke depan dadanya, memelas. Nay yang berdiri menyamping tak bergeming, ia tidak mau percaya begitu saja tentang hubungannya dengan Mas Yusuf, lagipula belum ada penjelasan apapun dari mulut calon suaminya secara langsung.

Nay berusaha melepaskan genggaman dengan sedikit kasar, "sudah lepaskan! Cepat katakan apa yang perlu kamu katakan. Aku sedang sibuk saat ini." Ia melirik dengan tatapan sinis.

Ternyata wanita itu tidak mudah menyerah, ia kembali meraih tangan Nay, mengarahkan untuk menyentuh perutnya yang nampak rata. "Aku sedang mengandung."

Duaarrr.

Sesaat Nay terenyak, hantaman bom seperti mendarat di otak Nay, setiap jaringan di otaknya seakan tercerai-berai, jantungnya berhenti berdetak beberapa detik. Sesak. Kakinya terkulai lemas.

Perkataan Indri seperti sambaran petir di siang bolong. Tak ada angin ataupun hujan bahkan awan hitam tak nampak sebelumnya. Nay yang semula berdiri menyamping mulai memutarkan tubuhnya empat puluh lima derajat menatap Indri yang mulai mengeluarkan cairan bening dari matanya. Ditatapnya nanar. Mulut Nay bagai disulam kebisuan.

Kedua tangan Nay tidak merasakan reaksi apapun, mungkin kalau wanita itu benar-usia kandungannya masih seumur jagung.

"Percuma!! karena aku enggak akan semudah itu tertipu dengan kebohongan yang kamu buat." Nay menyingkirkan tangannya dari perut wanita itu lalu mundur dua langkah dari tempat ia berdiri.

Bisa saja wanita ini hanya berbohong dihadapanku untuk mendapatkan Mas Yusuf.

"Percaya padaku Nay, aku tidak berbohong." Indri membungkukkan badannya, ia menyatukan telapak tangan lalu dibawa ke depan dada, berharap Nay percaya dengan kalimat yang ia ucapkan.

"Sudahlah aku tidak ada waktu untuk mendengarkan kebohonganmu lagi, aku yakin Mas Yusuf-,"

Belum sempat meneruskan kalimatnya, Indri sudah menjegal lebih dahulu dengan mengambil sebuah tes pack dari tasnya,

"Ini anak Mas Yusuf." Tangan kanan Indri mengelus-elus perutnya sedangkan tangan kirinya masih memegangi tes pack dengan dua garis merah jambu samar. Wajahnya menggambarkan ia butuh bantuan Nayla untuk melepaskan beban malu dan kebingungan yang sedang ia rasakan saat ini

Mata Nay terbelalak, ia menutup mulut dengan kedua telapak tangannya kepala Nay mendongak ke langit-langit. Ia menahan agar air mataya tidak tumpah.

Apa aku harus percaya kalau Mas Yusuf pelakunya?

"Kita sama-sama permpuan, Nay. Pasti kamu paham bagaimana perasaanku saat ini." Indri melangkah maju mendekati Nay namun dengan sigap Nay menjaga jarak kembali. Nay memutar tubuhnya membelakangi wanita pemilik tes pack, tangan kanannya memegangi sandaran kursi yang ada di sampingnya sedangkan tangan kiri Nay menyeka cairan bening yang akhirnya tumpah juga di sudut matanya. Ia tidak mau menampakkan kelemahannya dihadapan wanita yang sudah membuat hatinya hancur.

Bisa-bisanya dia meminta aku untuk memahami apa yang dirasakannya lalu bagaimana denganku, apa dia tidak bisa memahami apa yang tengah aku rasakan saat ini? kacau.

"Mungkin ini terdengar egois tapi setidaknya kamu bisa mendapatkan pria yang lebih baik dari Mas Yusuf. Sedangkan aku,-" Ia menghentikan kalimatnya, yang terdengar hanya isak tangis yang semakin menjadi.

Cinta terkadang memang datang dengan berbagai kerumitannya namun kali ini pria itu benar-benar bisa membuat dua hati wanita terpatahkan.

Nay membalikan badannya setelah merasa yakin tidak ada lagi air mata yang menggenagi matanya, Kini ia yang melangkah maju mendekati Indi yang tengah menangis sambil menutupi wajahnya. Menyadari Nay berada tepat dihadapannya, ia melepas kedua tangan lalu menatap Nay dengan mata memerah.

"Aku akan melepaskan Mas Yusuf kalau yang kamu katakana itu benar, maka buktikan semua perkataanmu dan aku akan tunggu sore ini di taman tak jauh dari sini." Mata Nay berkilap semakin tajam.

"Baiklah aku akan membuktikannya."

**

Nayla menarik napas panjang, ia pergi ke kamar mandi-terlihat pantulan wajahnya di cermin dengan mata memerah. Untung saja, Nay memiliki mata yang tidak mudah sembab meskipun ia habis menangis sehingga ia cukup mencuci wajahnya saja maka akan terlihat seperti tidak terjadi apa-apa. Nay tidak ingin ada orang lain yang melihatnya habis menangis meskipun perasaannya kalut tapi ia tetap harus professional karena ini masih jam kerjanya.

Ia kembali ke tempat sebelum bertemu Indri namun Nek Sumi sudah tidak ada di sana mungkin setelah selesai makan Nek Sumi kembali ke kamar.

"Tamunya udah pergi, Nay?" tanya Ratih ketika melihat Nay ke dapur.

"Udah, Tih, Baru aja." Nay mengulas senyum untuk menyembunyikan apa yang telah terjadi agar tidak membuka peluang untuk Ratih menanyakan soal Indri. Tangan Nay sibuk menurunkan gelas dan piring kotor bekas makanan Nek Sumi tadi ke wastafel lalu mencucinya dengan cairan berwatna hijau yang menghasilkan gelembung-gelembung busa.

"Kamu bisa bantu di sini dulu Nay, aku mau balik dulu ke depan, khawatir ada tamu yang tiba-tiba datang. Sebentar lagi juga Ayu datang." Ratih mencuci tangannya yang nampak kotor karena adonan yang baru saja ia buat,

Nay mengangguk, "orang mana donaturnya, Tih?" Nay mencoba bertanya hanya sekedar basa-basi, Sejujurnya ia tidak terlalu memperhatikan siapa saja donator untuk yayasan ini karena yang mengurus semuanya adalah bagian administrasi, Nay hanya bertugas sebagai relawan saja yang mengurusi para lansia di panti ini.

"Katanya sih dari luar kota tapi aku enggak tahu pasti," ujar Ratih sambil mengelap tangannya yang basah. Setelah itu, ia pergi meninggalkan Nayla yang sedang melanjutkan membuat adonan. Sejurus kemudian, Ayu masuk ke dapur membantu Nay yang sedang asyik mencampurkan terigu.

Setelah hampir sejam sibuk dengan pekerjaan di dapur tidak lama satu mobil berwarna hitam mengkilap masuk ke dalam pekarangan. Nay dan Ayu tidak ikut menyambutnya karena sibuk menyiapkan kue basah dan makanan lainnya di atas piring sebagai jamuan untuk para tamu. Nay dan Ayu sibuk memindahkan makanan yang tadi dimasak ke dalam wadah tertutup agar lebih rapi dan higienis saat disajikan..

.