Bang Anton memang selalu begitu membuatku tidak mood untuk menjalani hidup. Setiap aku sedang merasakan hal seperti ini, maunya dia mengerti. Karena nantinya aku juga akan membuka pikiran sendiri, asalkan saat ini Bang Anton mau mengikuti keinginanku. Tapi dia bukanlah Anton kalau tidak menyebabkan sebuah masalah.
Suasana makan malam terasa sangat ramai dengan canda tawa anak-anak bersama Arnold. Tetapi aku dan Bang Anton saling diam karena masih malas bicara. Aku sadar tadi siang aku salah karena telah memarahi Daren dan Lucas. Padahal mereka tidak salah apa-apa hanya akunya saja yang emosi tidak jelas.
Selesai makan malam, anak-anak masuk ke dalam kamarnya masing-masing. Ketika aku akan masuk ke dalam kamar, kulihat Bang Anton naik ke Rooftop karena dia menggunakan lift. Sudah menjadi kebiasaannya kalau mau ke Rooftop, pasti Bang Anton akan naik lift. Entah apa yang mau dilakukannya di sana, aku tidak peduli sama sekali.
"Mbak Ipar, ini ada telepon dari Kak Aisha," kata Arnold.