Langkahku tergesa menelusuri lorong rumah sakit tempat di mana Danisya dirawat. Astaga! Aku tidak tahu sepanik apa aku sekarang? Dokter memberi tahu kalau keadaan Danisya sedang dalam keadaan kritis.
Sepanjang peerjalanan jantungku berdetak cepat tak karuan. Isi kepalaku berkelebat penuh kemungkinan paling buruk yang akan terjadi. Aku mencoba untuk tetap tenang dengan menarik napas dalam-dalam sebelum memasuki ruangan tempat Danisya dirawat--berharap tidak ada terjadi hal yang kutakutkan.
Kuputar knop pintu cepat dan membuka pintu. Ruangan tersebut masih dipenuhi oleh dua orang suster dan dokter. Aku melangkah masuk membawa tubuhku yang gemetaran hampir lemas itu menghampiri dokter.
"Dokter, selamat siang. Ada apa? Danisya kenap, Dok?" tanyaku to the point.
Dokter mengangguk pada kedua suster lalu menghadapkan tubuhnya penuh ke padaku. "Bisa kita bicara di ruangan?" tanya Dokter itu.