"Kamu ini ngomong apa? Jangan terlalu parno deh," jawab Bang Anton.
"Bukan masalah parno atau apapun, Bang. Tetapi lihatlah mereka celaka," jawabku.
"Ya tapi Nggak segitunya juga Din. Om Tama baru ngomong tadi, kalau dibandingkan durasinya itu juga nggak sepadan dengan perjalanan mereka. Bisa jadi mereka memang hanya terkena musibah saja, sudah jangan over thinking," kata Bang Anton.
"Terserah Abang lah, aku memang selalu salah. Abang emang nggak peduli sama kami, di waktu ini aja terus main ponsel," kataku.
Aku memutar balik kursi roda dan menjauh dari Bang Anton, belakangan ini dia sering sekali bermain ponsel sampai lupa waktu, bahkan tengah malam saja benda itu tidak lepas dari tangannya. Aku sampai bingung apa yang terjadi kepada Bang Anton, kenapa dia rajin sekali memegang ponsel.
