"Dinda, Aku tahu kamu sedih aku tahu kamu meratapi nasib. Karena saat ini tapi kamu sedang lumpuh. Tapi aku minta tolong banget sama kamu jangan kamu tuduh aku dengan hal macam-macam," kata Bang Anton sambil mengatupkan kedua tangannya.
Suasana mendadak hening, aku tidak bisa melanjutkan ucapanku, karena merasa bersalah kepada Bang Anton. Tatapan matanya begitu tulus sendu dan meneduhkan pikiran yang sedang kacau. Aku memalingkan wajah darinya rasanya lelah menghadapi diri sendiri.
Bang Anton datang menghampiriku kalau mengusap kepalaku dan mengecup dengan lembut. Setelah itu dia pergi meninggalkanku tidak lama kemudian sister datang dan membawaku keluar. Suasana di meja makan hanya riuh oleh obrolan dua buntalan.