Menatap luasnya halaman rumah yang membentang rumput hijau dan segar. Sayangnya semua itu tidak bisa menenangkan hatiku yang merasa gundah. Karena kondisi kaki yang sudah tidak bisa digerakkan sekarang.
Dokter sudah mengeluarkan vonisnya bahwa aku lumpuh permanen akibat tulang ekor yang sudah remuk. Dipasang ring pun percuma karena tidak ada tahanan untuk benda itu berada. Coba sekarang aku masih belum bisa menerima kenyataan bahwa aku tidak berguna lagi.
"Sayang, kamu jangan melamun nanti kesambet loh," kata Bang Anton.
"Tinggalin aku sendiri Bang, aku nggak mau ngomong sama siapapun," jawabku.
"Jangan seperti itu, kami semua juga butuh kamu yang ceria. Apa kamu tidak lihat bagaimana seakan kehilangan nyawa dengan murungnya kamu."
"Kamu cuma mikirin anak-anak Bang nggak mikirin perasaanku." Dadaku sesak mendengar perkataan Bang Anton.