Sikap Bang Anton dingin, dari raut wajahnya aku melihat ada kemarahan yang tersirat. Tapi aku tidak bisa menebaknya begitu saja. Bisa jadi sekarang dia sedang berduka karena kepergian Mami dan di saat terakhir hidup ibunya, dia tidak berada disampingnya.
Ketika Bang Anton pergi meninggalkan ruang tamu, yang mana jenazah disimpan di sana. Aku mengikutinya yang melangkah ke ruangan belakang. Bang Anton menoleh padaku, lalu memalingkan lagi wajahnya ke arah kolam renang.
Perlahan aku mendekatinya dan duduk di sebelahnya. Bang Anton diam tidak merespon, saat ingin meraih tangannya. Dia menarik dengan cepat menjauh, hatiku jadi sedih karena sikapnya.
"Ab--abang ke mana saja?" tanyaku.
"Untuk apa bertanya," jawabnya dingin dan ketus.
"Aku khawatir dengan Abang. Satu minggu berlalu, Abang ke mana saja? Aku cemas sekali, Bang."
"Tidak usah sok peduli padaku, urusi saja hidupmu dengan si Arnold," kata Bang Anton.