"Bang, Kiara marah sama aku, gimana sekarang?" tanyaku pada Bang Anton. Saat ini kami berada di kamar.
"Iya tidak salah, tapi kamu terlalu berlebihan Dinda," kata Bang Anton.
"Berlebihan ya Bang habis gimana aku udah khawatir ditambah ada surat kaleng tuh Rasanya nggak bisa diomongin Bang."
"Ya aku paham, kamu takut tapi bukan berarti kamu juga harus seperti ini kira itu anak kecil yang harus kita ngomong dia tidak mengerti apa yang kita rasakan saat ini."
"Iya bener juga sih Kiara nggak ngerti jadi aku berlebihan ya Bang," kataku.
"Ya kamu memang berlebihan. Jangan malu untuk meminta maaf. Bukankah itu yang kamu ajarkan padaku," kata Bang Anton.
Aku mengangguk paham, setelah bicara dengan Bang Anton aku melihat Kiara di kamarnya. Anak itu melirik sekilas ke arah pintu, lalu sibuk lagi dengan krayon di tangannya. Aku masuk ke dalam kamar, tapi Kiara tidak merespon sama sekali. Ketika aku duduk di samping ranjang mendekatinya, anak itu langsung menjauh.