"Terus gue sekarang harus gimana? Gue bingung kalau dia lagi begini," kataku bingung. Menghela napas berpasrah diri sepertinya yang akan kulakukan ke depannya.
"Lu nggak bela diri sama sekali? Lo nggak bilang sama dia dan ngingetin dia kalau apa yang lo lakuin juga itu gara-gara permintaannya? Heran gue sama si Anton. Egois bener jadi orang," ujar Herlina masih penuh dengan emosi membara.
"Udah, Lin, tapi mau gimana lagi? Lu tahu Bang Anton kalau lagi gitu susahnya kayak apaan? Tahu gua sampai pusing harus ngapain parah, 'kan, dia kalau marah?" kataku menunduk dalam.
"Ya, emang parah banget dia. Nggak tahu apa lo di sini sendirian? Di negeri orang, tapi sama lakinya sendiri digituin. Sakit tahu!" kata Herlin menggerutu.
"Gue kalau lagi kayak gini cuman pengen ada di pelukan mama, tapi sayangnya gue nggak sampai hati ceritain keadaan ini. Apalagi kalau tahu mereka sayang banget sama Bang Anton." Netraku memanas, lalu menguarkan tetesan air mata.