205
" Ayah sarankan kamu, untuk pikirkan dulu keputusan ini, Dinda. Karena jika kamu melakukan perceraian, bukan hanya keinginan kamu saja. Tapi wajah Ayah juga mau ditaruh di mana. Kalau kamu minta pisah dari Anton," kata Ayah.
"Ayah, kalau kita bicara baik-baik, Bang Anton tidak akan mengabulkan apa yang menjadi permintaanku. Apalagi dia tahu kalau dibalik semua keputusan ku adalah karena mas Denis." Aku menyanggah perkataan Ayah.
"Maksud kamu apa, Dinda? Kamu sebenarnya nggak cinta sama Anton atau karena belum bisa ngelupain si Denis?" Ayah terlihat meradang setelah mendengar nama Mas Denis.
"Aku capek, Ayah, hidup terus diteror sama Mas Denis. Kali ini aku tidak punya muka untuk bertemu dengan Bang Anton."
"Apa yang terjadi Dinda, kenapa kamu tidak bicara saja. Biar kita tuntut Denis ke jalur hukum?"Ayah mulai terlihat emosi, aku juga jadi takut.
"Ayah janji tidak boleh marah atau melakukan sesuatu yang tidak Dinda ketahui," pintaku.
