191
"Oh begitu, kalau aku mau pun. Aku bisa saja menawarkan diri," kata Nabila.
Pak Anton tersenyum sinis lalu menatapku lekat seolah mengejek padaku.
"Ya sayangnya hatiku sudah terkunci oleh seseorang, Nab," jawabnya.
"Waw, beruntung sekali dia. Siapakah wanita tersebut?" tanyaku.
"Kepo aja, mana pasangan kamu? Jangan cuma bisa nanya aku doang," kata Pak Anton.
Untuk pertama kalinya, aku melihat dia begitu akrab dengan teman wanita. Biasanya dia hanya bicara denganku ataupun sekretaris pribadinya. Kalaupun dia berdiskusi bersama rekan bisnisnya, pasti akan menggunakan bahasa yang formal.
Hei, ada apa dengan kamu Dinda. Kenapa pikiranmu berlebihan seperti ini. Alarm dalam diriku langsung menyala memperingatkan diri. Aku cuma tersenyum lebar seolah baik-baik saja.
"Tunanganku sedang ke Dubai, selama tidak ada dia. Aku bisa bebas, Anton," jawab Nabila.
"Memangnya kenapa, Mbak? Kalau ada tunangan kamu?" tanyaku penasaran.