186
Aku menahan tangan Pak Anton dan memeluknya erat. Jujur saja sangat takut jika pria itu emosi dan memukul wanita tersebut. Barusan, hampir saja Pak Anton melayangkan tangannya.
"Dinda, lepaskan, aku mau kasih pelajaran sama ibu-ibu yang kayak begini. Bu, kamu kalau nggak tahu apa-apa jangan asal ngomong, mending urusin aja tuh anaknya," kata Pak Anton.
"Asal ngomong gimana, aku kasih kalian sudah ada di publik yang bisa jadi konsumsi kami. Jadi terserah kami dong, mau komentar kaya gimana."
"Berpendapat dan menghina itu beda, kalau berpendapat menyampaikan dengan baik kritik dan saran bukan lagi memaki-maki seperti itu barusan."
"Ya terserah pokoknya terserah saya mulut-mulut saya, kalau kalian juga bisa suka-suka kenapa saya tidak boleh membalasnya."
"Abang, sudah kubilang juga apa, mereka nggak kamu dengar. Udah, mending kita pulang aja yuk," kataku membisikkan terus Pak Anton supaya mau mundur daripada emosi.