181
Malam hari kami baru pulang ke rumah Ambu. Tadi, kami berdua ketiduran sampai sore di Griawas. Jika suara petir tidak membangunkan, kami mungkin akan kemalaman. Mengingat moment tadi, rasanya aku tidak ingin waktu berputar maju.
Ketika terbangun dari tidur, aku berada di dalam dekapan dada bidang Pak Anton. Rasanya sangat nyaman, setelah sekian lama tidak interaksi dengan pria. Hari ini, semua itu aku rasakan tapi hati masih mengambang, inikah yang dinamakan cinta atau bias rasa.
Ambu menyambut kedatangan kami di bale-bale rumahnya. Ketika melihat jam, biasanya Ambu sudah tidur jam segini, tapi kenapa Ambu masih juga bangun. Aku menyalami Ambu begitu juga dengan Pak Anton yang dirangkul hangat oleh Ambu.
"Kalian teh dari mana aja? Kenapa baru pulang, Ambu kira enggak mau balik lagi," kata Ambu.
"Maaf Ambu, tadi kami ketiduran di kebun teh," jawab Pak Anton.
"Oalah begitu, kok bisa sampai ketiduran begitu? Parah banget kalian capek berarti bulan madunya," kata Ambu.