174
"Dinda please, elo mau pergi ke mana lagi? Lo jangan tega ninggalin gue, Din," kata Danisya.
Saat ini aku menyempatkan diri menemuinya. Karena kami terikat kerjasama untuk frozen food kebab dan pabrik keripik pisangku. Kali ini, aku menahan diri untuk tidak bercerita, bahkan air mata saja rasanya sudah kering.
"Gue gak bisa ada di sini terus. Keberadaan gue membahayakan semua orang, jadi tolong lo rahasiakan ya Sya," kataku.
"Denis ngancam lo apa? Sampai lo mundur dari rencana awal? Percuma tau gak! Lo cuma buang2 waktu kita doang," kata Danisya sambil menyeka air matanya.
"Iya, gue tahu kok, gue salah Sya. Jadi, gue minta maaf udah ngecewain kalian. Soal perjanjian dan kerjasama kita, nanti ada Fitri yang akan jadi wakil dari gue. Sorry and thanks udah bantu gue selama ini," kataku pada Danisya.
"Gue nggak akan percaya apa yang dikatakan sama berita. Gue lebih yakin lo lagi dijebak, tapi lo nggak mau ngaku sama gue," kata Danisya.