118
"Jawab, Mas, jangan diam saja," desakku karena kesal menunggu Mas Denis.
Mas Denis menghela napas panjang, lalu menatapku lurus. "Sudah, jangan banyak bicara dulu Dek. Kondisi badan belum stabil, lebih baik kamu istirahat dulu ya. Mas nggak mau kamu kecapean gara-gara banyak mikir," ucapnya.
Aku tahu kebiasaan suami, jadi melihat sikap Mas Denis yang seperti itu sudah tidak mengherankan. Pria itu memang paling pandai mengalihkan isu, jadi tidak heran obrolannya tidak akan pernah sampai. Jika sudah seperti itu, Aku tidak bisa lagi meminta Mas Denis untuk membuka mulut.
Tangan Mas Denis mengelus-elus punggung tanganku. Mataku terpejam untuk pura-pura tidur, sampai akhirnya rasa kantuk menguasaiku dan terbangun lagi siang hari. Ketika seorang perawat datang melakukan pemeriksaan tensi.