Tes, air mataku jatuh membasahi pipi. Sebelum mengatakan itu, apa Mas Denis tidak berpikir kalau perkataannya menyakiti hatiku. Mas Denis duduk di sofa ruang tamu, sedangkan aku masih berdiri di belakangnya.
"Makanya kalau emosi itu kontrol, jangan kamu gunakan asal-asalan. Jadinya sekarang kaya gini, aku harus bayar operasi, sedangkan angsuran ke bank nggak boleh telat," cecar Mas Denis.
"Aku nggak ngapa-ngapain Aisha, Mas. Tadi dia cegat aku turun, dia marah karena rencana kamu mau jalan keluar. Aku nggak sentuh dia sama sekali," jelasku melontarkan pembelaan.
"Nggak mungkin juga Aisha jatoh sendiri," tampik Mas Denis.
"Dia orang hamil Mas, bawa perut aja ribet. Ya wajar kalau kepleset," kataku.
"Udahlah, males debat aku sumpah," kata Mas Denis.