"Mas, mundur dikit dong, ada yang cemburu tuh," bisikku pada Mas Denis.
"Nggak apa-apa, kita juga suami istri," jawab Mas Denis, sudut bibirnya terangkat sebelah.
"Dahulukan adab sebelum nafsu," kataku pada Mas Denis.
"Iya deh, Ibu mendadak ustadzah," sahut Mas Denis sambil mundur.
Kulirik Aisha yang masih berdiri di dekat kulkas. Karena kompor ada dua tungku, di sebelahnya aku menggoreng ayam. Setelah perkedel selesai, aku langsung membuat tumis kangkung. Mas Denis mengusap perutnya yang sudah bunyi sejak tadi.
Selesai satu persatu masakan dihidangkan, kami langsung bergegas ke meja makan. Aisha sudah duduk di sana duluan, sebelum Mas Denis yang mengambil piring, wanita itu sudah membuka piringnya. Mas Denis nampak sangat geram, tapi aku mencoba menenangkannya lewat sentuhan.
"Sayang, ambilkan Mas nasi. Kamu nggak pernah makan sebelum Mas biasanya." Mas Denis menyindir, ekor matanya melirik pada Aisha.
"Aku aja Mas, sini piringnya," kata Aisha menawarkan diri.