Pov Anton
Wanita itu sangat menyedihkan, sejak pertemuan pertama kami di kantor. Hatiku sudah merasakan suatu hal yang berbeda. Entah kenapa meski sering mendengar cerita sedih tentang seseorang. Baru kali ini aku merasa tersentuh oleh seorang wanita bernama Dinda.
Perawakannya tidak begitu tinggi, rambut panjangnya terurai warna hitam, mata bulat bersinar, juga senyumnya yang manis menggugah hatiku. Di jaman sekarang, memiliki rasa kepedulian tinggi adalah suatu hal yang mahal.
Sejak saat itu, aku tidak bisa mengubah pikiranku tentang Dinda. Saking ingin selalu melihatnya, aku memintanya berada di ruanganku. Walau seharusnya memang tidak boleh, sebab divisi keuangan memiliki ruangan khusus untuk itu. Tingkahnya yang kadang menyebalkan karena selalu mengajakku berdebat.
"Anton, kenapa kamu senyum sendiri?" Suara Mami membuyarkan lamunanku.
"Ah Mami, tidak apa-apa Mi, sedang memikirkan masa depan saja," jawabku seraya tersenyum lebar.