Aroma mie instan menggangu perutku yang sedang lapar. Kami berdua duduk di lantai sambil menunggu panas dari mie berkurang. Beginilah Danisya yang tata cara makannya tidak barbarly, seperti saat kami sedang lajang. Apapun, diatur menurut aspek keyakinan suaminya yang luarbiasa baik.
"Makan aja dulu, biarin aja si Denis mah. Kali aja dia mau jadi paparazi di depan," kata Danisya.
"Gue mau fokus makan dulu ah, ogah bahas dia Sya," jawabku.
"Oke nyonya, jangan sampai lo muntah gegara laki sendiri," kata Danisya melontarkan ejekan.
Kami mulai menyantap mie instan setelah panasnya berkurang. Danisya mengambilkan minum yang lupa aku bawa. Saat baru satu suap mie masuk ke dalam mulut, suara pintu di ketuk mengejutkanku. Ya itu pasti Mas Denis, sesuai dengan yang dikatakan Danisya tadi.