Mas Denis menarik tanganku setelah berhasil menyusulku ke parkiran. Aku menepis tangannya dengan kasar, kali ini kelakuan Aisha benar-benar di luar batas. Istri kedua Mas Denis itu mempermalukanku di depan umum dengan melontarkan tuduhan palsu. Saking sakit hatinya aku sampai menangis, tidak bisa menahan air mata.
"Dinda, maafkan aku Dinda. Ini diluar dugaanku," kata Mas Denis.
"Lepaskan tanganku Mas! Urus saja sana istrimu yang gila itu!" bentakku.
"Sudah jangan menangis sayang, Mas minta maaf atas nama Aisha yah," ucap Mas Denis.
"Iya, terus aja belain dia. Salah juga belain aja terus Mas!" seruku kesal sambil mendorong tubuh Mas Denis.
"Dinda, sudah cukup akhiri jarak ini. Aku kangen sama kamu, aku rindu kita yang dulu. Dinda, tolong jangan marah lagi padaku," ucap Mas Denis terus berusaha mendekatiku.
"Tidak! Aku sudah tidak mau berdamai lagi dengan kamu. Lebih baik kita cerai saja!" seruku.
"Jangan katakan itu Dinda," kata Mas Denis.