Kami berdua berdebat di depan Mami, tapi anehnya wanita itu malah diam saja seolah sengaja membiarkan kami bertengkar. Akhirnya, aku jadi malu sendiri karena perbuatanku dan memilih diam saja. Ketika aku diam, Pak Anton juga tidak ada bahan debat lagi.
"Sudah berantemnya?" tanya Mami.
"Maaf, Mami," ucapku penuh sesal karena malu pada Mami.
"Kalian itu sebetulnya sangat cocok. Tapi sayangnya, kalian terlalu sering berantem," kata Mami.
"Jadi, Mami kenapa percaya sama Dinda untuk carikan jodoh buat Pak Anton?" tanyaku sengaja mengalihkan pembicaraan.
"Karena kamu orang baik, Mami yakin lingkungan pertemanan kamu baik. Itu sebabnya, Mami percayakan sama kamu," jawab Mami.
"Tugas Dinda cuma carikan jodoh, kan?" tanyaku.
"Mami, aku pergi aja, maaf ya mules pengen ke toilet," kata Pak Anton. Belum dijawab oleh Mami, pria itu langsung pergi meninggalkan meja.
"Astaga, anak itu keterlaluan," kata Mami menghela napas dalam-dalam.