.
.
.
"$10.000 …."
"Kita aka mulai dengan harga $10.000 untuknya! She is still virgin. Siapa cepat, dia dapat!"
"$25.000!"
"$30.000!"
"$40.000!"
"$65.000!!"
"Wow! $65.000! Penawaran tertinggi jatuh ke tangan pria berjaket jeans yang ada di sana!" pemandu kelab menunjuk pria dengan senyum lebar di kursi hangatnya. Tampak sangat puas dengan nominal yang ia sebutkan. "Ada yang ingin menawar lebih tinggi lagi?!"
"$79.000!!!"
"Sial!"
"Okay! $79.000! sangat menarik karena pelelangan ini semakin membuat malam ini memanas …."
"Aku akan mengambilnya! $100.000!! tidak ada yang bisa melawanku!"
"Waah!! Pria itu menawar seharga $100.000. Apakah ada yang bisa mengalahkannya?!" serunya dengan tawa kecil yang menyertai pelelangan yang dipandunya. "Ada lagi?! Jika tidak ada yang―"
"$110.000!!"
"Yes, did it! Masih ada yang mau memiliki gadis ini rupanya! Siapa lagi yang akan menawar? Jangan buang waktu kalian untuk gadis memesona sepertinya!!"
"Akan kubayar $150.000!!" Pria yang menawar $100.000 kembali menyerukan nominal yang lebih besar.
"Baik! Sepertinya pria dengan jas hitam itu sangat tertarik dengan gadis ini! Ada lagi?!"
Tidak ada lagi seruan nominal dari para pengujung pria yang berada di dalam kelab ternama tersebut. Bisikan-bisikan para pengunjung berikut gerutuan karena tak mampu menawar harga lebih tinggi membuat mereka menghela napas kesal. Sayangnya, uang mereka tidak sebanyak yang dimiliki para pengusaha kaya itu.
***
Tubuh Lana gemetaran di balik pakaian minim yang ia kenakan. Ia mencengkram tangannya sendiri, yang sudah berkeringat, karena rasa takut, gugup, dan gelisah yang bercampur menjadi satu.
Lana langsung menjadi pusat perhatian bagi para pengunjung pria yang ada di sana ketika ia melangkahkan kakinya ke atas panggung. Sorak pemandu yang memperkenalkan dirinya disambut antusias oleh mereka. Apalagi saat pemandu itu menyebutkan bahwa Lana gadis yang masih perawan. Di atas sana, Lana seperti barang yang dijajakan di depan para pembeli. Satu demi satu pengunjung mulai menawarkan sejumlah nominal saat pemandu mulai membuka pelelangan untuk mendapatkannya.
Meski Lana menundukkan kepalanya, tapi Lana tahu jika para pria di hadapannya itu tengah memandanginya. Tatapan lapar seolah Lana sasaran empuk bagi mereka. Membayangkannya saja membuat Lana sangat jijik. Pikiran-pikiran kotor para pria itu seolah tergambar jelas di benak Lana.
Tidak butuh waktu lama bagi Lana untuk berakhir di ranjang bersama pria asing yang membelinya untuk satu malam ini. Ya. Satu malam yang akan membuat Lana kehilangan keperawanannya. Setidaknya itu bisa membuat Lana keluar dari kesulitan yang dialaminya.
$150.000?!
Itu nominal yang sangat besar bagi Lana. Satu tarikan rasa penasaran membuat Lana langsung melirik ke arah pria yang menyebut nominal tersebut.
Pria dengan setelan jas hitam tampak tersenyum puas, dan sialnya, mata mereka saling beradu ketika Lana tak sengaja melirik pria asing tersebut. Tampak sudut bibirnya menyunggingkan seringai saat Lana kedapatan menatapnya.
Ya, Tuhan … apakah Lana akan tidur dengan pria asing itu?
Pria dengan kulit kecoklatan yang tampak gagah dengan setelan jas mahalnya. Usianya jauh lebih muda daripada para pengunjung lain yang notabenenya berumur empat puluhan ke atas. Jika dilihat sekilas, sepertinya pria itu berusia pertengahan tiga puluhan.
Lana meremas tangannya saat tidak ada seruan lagi dari para pengunjung untuk menawar dengan harga yang lebih tinggi. Sepertinya, Lana akan benar-benar berakhir tidur dengan pria berambut keriting itu. Setidaknya, pria itu bukan pria tua bangka yang sudah beristri.
Lana tiba-tiba diserang kepanikan.
Apakah pria ini single?
Atau sudah menikah?
Lana menelan ludahnya dengan susah payah. Persetan dengan semua kemungkinan itu! Lana hanya ingin semua ini cepat berakhir dan ia bisa mendapatkan uang yang sangat ia butuhkan!
"$200.000!!"
Ini gila!
Siapa pria tidak waras yang berani menawar harga yang tidak lazim hanya untuk satu malam bersama seorang wanita?
Sudah dipastikan pria itu pengusaha kaya raya dengan segala aset yang dimilikinya. Orang gila mana yang akan mengeluarkan uangnya hanya menghabiskan satu malam bersama seorang wanita?
"Baiklah! Penawaran terakhir sebesar $200.000! apakah ada yang berani untuk menawar lebih tinggi lagi?! Suaranya tampak sangat sumringah. Jumlah yang jauh dari perkirannya membuat pemandu pelelangan itu melirik Lana yang berdiri gemetaran di dekatnya. Dalam hati, itu jumlah yang pantas untuk didapatkan oleh wanita sememesona Lana. Pria itu bahkan tergiur untuk memilikinya. Tapi sayang, ia hanya petugas pemandu kelab di tempatnya bekerja.
Terdengar gerutuan dari beberapa meja. Mereka terlihat terbebani dengan nominal akhir yang di luar kendali mereka. Tidak ada yang berani mengeluarkan uang lebih dari yang mereka miliki. Bahkan pria berambut keriting yang tadinya sempat percaya diri akan memiliki Lana, kini meringis saat ada pesaing lain yang berhasil membuatnya kalah telak.
Ini penawaran mutlak yang tidak bisa dilakukan oleh pengunjung lainnya.
"Baiklah! Sepertinya tidak ada yang bisa melakukan penawaran sebesar yang dilakukan pria misterius itu!"
Lana menarik napasnya saat pemandu itu mulai mengakhiri pelelangannya. Apakah ia akan berakhir di tangan pria gila itu?
"Siapapun dia! Wanita ini terjual dengan harga $200.000! selamat!!"
Lana menelan ludahnya dengan susah payah. Tiba-tiba saja, tenggorokannya terasa begitu kering. Perasaan gelisah menggerogotinya tak kala terdengar suara palu yang dipukul menandakan pelelangan dirinya sudah berakhir.
$200.000.
Nominal yang sangat banyak. Jauh dari apa yang Lana bayangkan sebelumnya. Saat dirinya ditarik pergi dari panggung, Lana baru menyadari bahwa ia belum sempat melihat siapa pria yang tadi sudah berhasil membelinya.
Bodoh sekali.
Semoga saja ia bukan pria tua bangka yang sudah beristri.
***
"Itu nominal yang sangat banyak hanya untuk menghabiskan satu malam bersama seorang wanita." Secara nalar. $200.000 memang nominal yang sangat besar untuk dibuang sia-sia. "Kau bisa mendapatkan wanita perawan di luar sana dengan mudah tanpa harus mengeluarkan uang sebanyak itu."
Pria berjas biru tua itu tidak memedulikannya. Ekor matanya sibuk menangkap seorang wanita yang ditarik pergi dari atas panggung.
"Apa kau tidak mendengarkanku?" pria disampingnya menggerutu. "Apa kau sedang beramal?"
Sikap santainya menunjukkan bahwa pria ini tidak begitu peduli dengan rengekan dari pria yang duduk di sampingnya. Saat bayangan Lana telah pergi, ia mengalihkan pandangannya untuk menatap sepasang mata cokelat yang tengah menatapnya dengan jengkel.
"Urus pembayarannya dan bawakan wanita itu kepadaku," kata pria itu dengan santainya. "Aku akan menunggu di mobil," imbuhnya.
Pria bermata cokelat itu berdecak kesal. "$200.000 hanya untuk satu malam yang singkat," ia menggerutu sambil beranjak dari kursi yang didudukinya.
"Lakukan saja."
"Tentu saja. Lagipula itu semua adalah uangmu," timpalnya. "Aku hanya sekretaris yang bertugas melakukan semua perintahmu.
Sekretaris itu kemudian pergi tanpa memprotes lagi.
"Let's see …."
.
.
.