Chereads / Seal The Witch's Magic / Chapter 23 - Ch. 23 - Riro vs Ervin

Chapter 23 - Ch. 23 - Riro vs Ervin

Setelah pulang sekolah dan berganti pakaian, Riro pergi ke rumahnya Nalia. Dia tidak datang sendiri, Merlin dan Wahyu juga ikut bersamanya.

Tujuan Riro datang ke sana tentu saja untuk bertarung melawan Ervin. Pertarungan mereka berdua sudah diketahui oleh Nalia dan anggota keluarga yang lain. Merlin dan Wahyu juga mengetahui pertarungan tersebut.

Wahyu tahu informasi pertarungan Riro dari Merlin. Itupun karena Merlin keceplosan saat mengobrol di sekolah. Karena hal tersebut, Wahyu jadi tertarik ke rumahnya Nalia.

Berbeda dengan kedua temannya yang lain. Sebaliknya, Nico tidak tertarik dengan pertarungan tersebut. Jadi dia tidak ikut datang ke rumahnya Nalia.

Pertarungan Riro melawan Ervin tentunya dilakukan di lantai 0. Selain mereka berdua, ada banyak orang yang ikut menonton. Mereka adalah Nalia dan saudara saudarinya, Merlin, dan Wahyu.

"Kak Ervin melawan Yanghir ... aku penasaran siapa yang akan menang." Yulia tersenyum tipis.

Mendengar saudarinya itu, Zerfan tertawa kecil.

"Kak Yulia, bukankah hasilnya sudah jelas? Kak Ervin lah yang akan menang." Zerfan berkata dengan yakin.

Yulia adalah anak kedua dari tujuh bersaudara. Dia memiliki rambut merah panjang yang dikepang dan memakai kacamata. Bagian bawah rambutnya yang menjuntai di samping telinga memiliki warna hitam.

Yulia tahu kakaknya itu sangat kuat. Tapi dia tidak meremehkan Riro meskipun dia tidak dekat dengan anak itu.

"Kalau kau tahu Kak Ervin akan menang kenapa kau ada di sini? Kau menyukai pertarungan yang berat sebelah ya?" tanya Yulia.

"Tidak. Aku hanya penasaran saja dengan kekuatan Yanghir. Lagipula aku belum pernah melihatnya bertarung."

Zerfan adalah salah satu orang yang tidak dekat dengan Riro. Bahkan anak itu cenderung membencinya karena Riro orang yang sok akrab.

Namun, dia penasaran dengan Yanghir. Dia ingin menyaksikan kekuatan fisik yang melegenda itu dengan matanya sendiri.

"Baiklah, aku sudah siap Kak." Setelah melakukan pemanasan, Riro kini siap bertarung melawan Ervin.

"Kau boleh menyerang duluan. Gunakan semua kekuatanmu yang tidak tersegel."

Riro tertawa kecil karena mendapat keringanan. Ini adalah kesempatan untuk mengalahkan Ervin.

"Kalau begitu, aku mulai ya." Setelah berkata demikian, Riro langsung melesat ke depan. Dia sudah melepas segelnya dan menggunakan kekuatan 25%.

Riro menyerang dengan tendangan lurus ke arah dada. Ervin terbelalak melihat serangan itu dan langsung menyilangkan kedua lengan. Meskipun sudah memasang pertahanan, tulang Ervin sedikit retak.

"C-Cepat sekali." Naufal terkejut melihat kecepatan Riro. Penonton yang lain juga demikian.

"Hehehe, rivalku memang hebat." Merlin bergumam sambil melipat lengan. Dia merasa bangga pada temannya itu.

'Cih, serangan kejutannya gagal ya?' batin Riro.

Setelah menyerang satu kali, Riro melakukan salto ke belakang. Kemudian dia kembali maju dan melayangkan banyak pukulan.

Pukulan-pukulan tersebut ditangkis oleh Ervin dengan pedang apinya. Tidak hanya bertahan, Ervin juga menyerang beberapa kali. Pertukaran serangan dua laki-laki ini berlangsung cukup lama. Para penonton menyaksikan mereka dengan serius.

Setelah beberapa menit, Riro dan Ervin sama-sama mundur beberapa langkah. Mereka saling menatap satu sama lain sambil bersiap menyerang lagi.

'Riro hebat juga ... hanya dengan satu serangan, dia mampu membuat tulang lenganku retak. Untungnya aku punya sihir pedang api. Berkat sihir itu, aku dapat mengurangi resiko saat menangkis serangannya.'

Meskipun Ervin tidak mengerahkan kekuatan penuhnya, dia tetap berhati-hati melawan Riro. Dia sampai menggunakan pedang api agar tangannya tidak cedera saat menangkis serangan.

Di sisi lain, Riro semakin percaya diri melawan Ervin. Dia tahu lawannya itu tidak serius. Jadi dia berniat memanfaatkan ini untuk menang.

'Kak Ervin tidak serius. Kekuatan yang ia kerahkan pasti tidak sampai 50%. Baiklah, aku manfaatkan ini.'

"Huh, dia terlihat optimis sekali melawan Kak Ervin." Zerfan memandang Riro sambil tersenyum meremehkan. Dia berharap bisa melihat wajah kekecewaan Riro saat kalah dari lawannya.

'Ayo ... menanglah.' Nalia mendukung Riro sambil gregetan. Begitu juga dengan Navia. Mereka berharap Ervin dikalahkan meskipun tahu kemungkinannya sangat kecil.

"Seal Magic: Egorum."

Kedua tangan Riro memancarkan cahaya biru. Setelah sihirnya diaktifkan, lelaki itu berlari ke arah lawannya.

'Ayo! tangkis seranganku!'

Riro membuka jari-jarinya, dia tidak mengepalkan tangan seperti sebelumnya. Begitu ia mendekat, Ervin langsung mengayunkan pedang untuk menangkis serangan lawan.

'Bagus!'

Pedang Ervin tertangkap oleh tangan Riro. Setelah itu terjadi, rantai kecil berwarna biru seketika muncul dan melilit pedang tersebut.

Pedang api yang terlilit tiba-tiba menghilang. Memanfaatkan Ervin yang terkejut, Riro langsung memukul dada hingga membuat pria itu terdorong dua meter.

Meskipun serangan itu kuat, tulang Ervin tidak retak karena dia menggunakan Hardening Skin.

'Aku sudah menduga dia akan menggunakan sihir segel. Tapi tak kusangka sihir segelnya seperti itu. Apa-apaan dia?'

Ervin terkejut sekaligus heran dengan mantra Egorum. Sihir itu tidak hanya menghilangkan pedang api, tapi juga menyegel mantra. Dengan kata lain, saat ini Ervin tidak bisa memakai sihir pedang apinya.

Riro tidak ingin memberi lawannya nafas. Jadi ia kembali maju dengan mengepalkan kedua tangan.

"Pyro Burst!"

Sebelum Riro memukul, Ervin lebih dulu menyerang dengan ledakan api dari tangannya. Serangan tersebut membuat Riro terhempas beberapa meter. Bajunya terbakar hingga sobek. Tapi untungnya dia hanya mendapat luka ringan.

"Kau hebat. Sihir segelmu mengagumkan."

"Ah, bisa saja. Kak Ervin juga sangat hebat meskipun belum serius."

Keduanya sama-sama tersenyum sambil menatap satu sama lain. Lalu mereka kembali bertukar serangan. Kali ini Ervin menggunakan dua pedang pendek yang tadinya tersimpan di mantel musim dingin.

"Ciee senyum-senyum sendiri. Kamu seneng ya Riro dipuji Kak Ervin?" Navia merangkul Nalia dan menebak isi pikirannya.

"Emang kenapa?" Nalia memalingkan wajah. Perkataan kakaknya itu tepat sasaran.

"Ciee ciee."

"Ihh! Apasih!"

Nalia sedikit jengkel dan mendorong kepala kakaknya. Bukannya diam, Navia malah tertawa kecil. Dia semakin ingin menggoda adiknya yang malu-malu.

Setelah sekian lama, kakak beradik itu kini kembali akur. Navia sangat bersyukur karena Riro datang di kehidupan Nalia. Nalia yang dingin kini menjadi hangat secara perlahan.

"Aku jadi ingin bertarung dengan Riro."

Suara Agus tiba-tiba terdengar di samping Merlin. Spontan lelaki itupun terkejut melihat sang kepala keluarga. Dia jadi gugup saat melihat raut wajah Agus yang menyeramkan.

"E-Eh ... O-Om Agus. S-Sejak kapan Om ada di sini?" tanya Merlin. Dia pernah berbincang sejenak dengan Agus saat hendak pulang setelah latihan. Meskipun Riro bilang pria itu orang baik, tetap saja Merlin takut kepadanya.

"Aku baru datang beberapa saat yang lalu."

"B-Begitu ya."

Setelah berbicara, keduanya kembali melihat pertarungan.

'Jadi Riro sekuat ini ya ...? Baguslah, aku tidak perlu khawatir. Dia pasti bisa menjaga Nalia dan dirinya sendiri.' Agus tersenyum tipis.