Dalam kenyataannya, aku masih merasa bimbang serta takut dalam menghadapi keadaan.
***
"Mengapa kamu bisa berada di sana, Zain?"
Percakapan melalui sambungan telepon tersebut telah berlangsung sekitar 10 menit. Meski begitu, Kirana belum mendapat jawaban atas tujuan Zain mendatangi Kakrataka secara tiba-tiba.
Isi kepala Kirana telah menjurus pada sebab yang menghantarkan Zain untuk sampai kembali di Trenggalek.
"Zain, jawab aku!" tegasnya kembali menginterogasi Zain yang terus diam dan mengembuskan napas kasar dari seberang sambungan telepon.
Sekali lagi terdengar hela napas yang cukup berat dari Zain.
"Tidak pantaskah aku meminta kejelasan perihal sikapnya padamu?"
Suara dari seberang sana terdengar begitu berat. Seketika membuat Kirana merasa iba dan gamang tatkala ingin melanjutkan kata.
"Za—zain?"
"Kirana, pertanyakan kembali pada hatimu dan biarkan aku di sini mempertanyakan pada masa lalumu."
"Kamu tidak ingin mengungkit masa lalu, bukan?"