Tangisan selalu melengkapi perjuanganku untuk menggapai kesembuhan Adit kami tercinta. Seminggu dua kali, kami harus mengantar Adit ke rumah sakit untuk berobat. Saat aku tidak bisa, Andralah yang menemani dirinya. Aku dan Andra tidak ingin mengesampingkan Adit demi pekerjaan. Begitu juga sebaliknya. Aku tidak ingin pekerjaan kami terbengkalai karena terlalu sibuk mengurusi Adit.
Sebagai seorang pemimpin perusahaan, aku harus secara bijak untuk menyeimbangkan antara urusan pekerjaan dengan urusan pribadi. Keluarga dan anak-anakku memang sangatlah penting. Namun, nasib orang-orang yang menggantungkan hidupnya di perusahaan milikku juga tak kalah penting untuk dipikirkan. Karen ajika sampai perusahaan merui atau malah gulung tikar, tidak ada lagi sumber rezeki mereka.