Andra terus memandangi wajah putra kami. Sampai-sampai tidak jarang aku memintanya pergi karena dia enggan pergi bekerja karena ingin terus melihat Adit. "Sayang, nanti Kamu terlambat. Sana pergi!" Aku pun mulai mengusirnya.
"Kamu sih enak, bisa berlama-lama dengan Adit karena masih cuti. Sementara Aku, rasanya sangat kurang waktu bersama bayi mungilku ini," keluh Andra.
"Kalau memang posisiku enak, kenapa tidak Kamu gantikan saja posisiku sekarang? Padahal, Kamu tidak pernah merasakan betapa menyakitkannya proses melahirkan. Sekarang malah iri dengan posisiku yang bisa lebih lama bersama dengan Adit."
"Ya ampun, Sayang … Aku hanya bercanda saja. Jangan dimasukkan ke dalam hati gitu dong. Ya sudah, Aku berangkat dulu ya, Sayang. Orang-orang pasti akan berdatangan dan memberikan ucapan selamat untukku nanti."