Kembalinya aku bekerja di perusahaan yang ditinggalkan oleh suami pertamaku, almarhum Dito, membuatku kembali sibuk seperti sebelumnya. Waktuku bersama anak-anak pun tak sebanyak dulu. Ruangan khusus yang telah kupersiapkan untuk mereka masih tertata rapi. Mereka pun seeing berada di sana sampai aku atau Andra bisa menemani mereka dan pulang kembali ke rumah.
Tidak jarang aku dan Andra pulang secara terpisah. Siapa yang bisa pulang terlebih dulu, dialah yang akan pulang bersama anak-anak. Tadinya aku pikir, akulah yang akan sering pulang terlambat, tetapi aku salah. Andra selalu memintaku untuk pulang terlebih dulu agar ada waktu untuk menemani anak-anak di rumah. Sementara, pekerjaanku yang sekiranya bisa dia tangani, dia kerjakan dengan sangat baik dan rapi, hampir tanpa ada cela.