"Sudahlah tidak perlu lagi memikirkan istri dan anakmu itu. Untuk apa memikirkan istri yang tiap hari hanya bisa mengomel saja dan menutut ini itu?"
"Bagaimana pun juga, Aku harus mengidupi anakku. Meskipun hubunganku sedang tidak baik dengan istriku, rasanya Aku sangat jahat bila terus membuatnya kecewa. Dia adalah tanggung jawabku, sejak pertama kali kuucapkan akad nikah di depan ayah mertuaku."
"Masih saja Kau berpikir munafik begitu. Lalu, untuk apa selama ini Kamu dekat dengan bosku?"
"Hubunganku dengannya tak seperti yang Kamu bayangkan."
"Alah, mengaku sajalah. Semua orang di kantor ini juga sudah tahu. Kalau bukan karena Aku temanmu, Aku juga akan ikut-ikutan menghujatmu." Dion sedang megobrol dengan temannya yang bekerja di perusahaan yang dipimpin oleh wanita yang sedang dikabarkan dekat dengannya.