Dengan wajah berseri-seri Andra selalu menemaniku ke sana kemari. Dia terlihat begitu menjaga aku dan anak kami yang masih ada di dalam kandungan ini. Sintia sudah mendengar kabar bahwa aku hamil. Dia ikut senang mendengar kabar tersebut. Karena itu artinya, anak kami akan lahir di tahun yang sama.
Selain ikut merasa senang, aku yakin bahwa di sisi lain, Sintia heran bagaimana bisa aku mengandung anak Andra. Sementara ketika bersamanya, dia divonis dokter mengalami infertilitas atau ketidaksuburan. Aku sempat bercerita bahwa suaminya turut andil dalam program hamil kami.
"Ini juga berkat suamimu, tahu. Dialah yang merekomendasikan dokter untuk Andra. Dan Kamu tahu tidak, dokternya itu Ananda. Kakak tingkat kita waktu SMA.
"Ananda yang pernah suka sama Kamu itu?"
"Eh, mana ada dia suka sama Aku? Kami hanya sering bertemu di perpustakaan saja makanya akrab."