Setelah mengobati luka di kening Midi, aku pun berpamitan kepada Kakek dan Nenek untuk kembali ke Bandung. Awalnya mereka terlihat sulit untuk melepaskan kami pergi karena masih ingin bersama Tomi dan Midi, tapi apa boleh buat pekerjaanku dan Dito sudah lama menanti. "Kakek, Nenek, kami pamit dulu ya. Semoga Kakek dan Nenek sehat dan bahagia selalu. InsyaAllah kami akan sering-sering main kemari ketika datang ke Jakarta," pamitku kepada mereka.
"Harus dong. Kalau kalian tidak sering-sering kemari, artinya kalian sudah menganggap kami sudah tidak ada di dunia ini," balas Nenek membuatku merasa bersalah setelah lama tak mengunjungi mereka sejak menikah dengan Dito.
"Nek, masak bilang begitu. Kasihan Yumi … sepertinya Yumi masih belum bisa membedakan kapan Nenek berbicara serius dan kapan Nenek sedang bercanda." Kakek berusaha mengingatkan Nenek.