Midi mengelus-elus wajah Andra saat dia terbangun dari tidurnya. Midi seolah-olah berkata bahwa Andra begitu tampan. Sampai-sampai Dito cemburu melihat anaknya itu. "Eh, Kamu ngapain lo, Nak … sini sama Papa saja, jangan sama Om Andra terus," kata Dito sambil mencoba meraih tangan Midi.
"Aduh, sama anak sendiri saja posesif, gimana sama maknya," kata Sintia meledek sikap Dito.
"Sudahlah, Sin … namanya juga merasa kalah saing, makanya papanya bersikap seperti itu," jawabku.
"Siapa juga yang kalah saing. Masak hanya karena Midi memandang wajah Andra secara terus menerus Aku jadi cemburu," jawab Dito tak mau kalah saing.
"Iya … iya … Papa memang yang terbaik dan tiada dua. Mungkin wajah Andra terlihat baru dan asing oleh Midi, makanya dia penasaran dan ingin terus menempel padanya," kataku tidak ingin Dito merasa tersudut.