Sintia masih menaruh hati pada Andra, sementara Andra masih setia dengan perasaannya padaku. Aku tidak ingin lagi memberi tanggapan atas perasaan Andra, karena yang ada di pikiranku sekarang hanyalah kebahagiaan anak-anakku. Tomi dan Midi adalah segala-galanya bagiku. Dito bukan lagi yang utama dalam kehidupanku. Rasanya, sekarang dia hanyalah pelengkap bagiku.
Saat aku bersandar di bahu Sintia yang sedang duduk di sofa rumahku sambil memperhatikan Andra, aku berkata padanya untuk jangan menyerah untuk mendapatkan hati Andra. "Sabar … memang tidak mudah untuk mendapatkan hatinya, tapi sekali Kamu berhasil mendapatkannya, Kamu tidak akan pernah dia lepaskan untuk selama-lamanya," ungkapku pada Sintia.
"Ngomong apa sih, Kamu?" Sintia pura-pura tidak mengerti tentang apa yang kukatakan.