Aku melihat Andra sedang sibuk bersama laptopnya dan duduk dengan santainya seperti sedang sangat menikmati kebersamaannya dengan Sintia. "Wah, ternyata ada Andra. Kedatanganku jadi mengganggu kalian dong." Pernyataan itu sebenarnya hanya untuk menutupi luka hariku. Entah cemburu atau iri, aku tidak bisa membedakan kedua perasaan itu.
Jika aku merasa iri, aku sudah memiliki Dito yang tidak pernah meninggalkan perhatiannya sedikit pun untukku. Namun, jika yang kurasakan adalah perasaan cemburu, itu artinya apa yang dikatakan Nada bahwa aku masih menyimpan perasaan untuk Andra adalah benar. Aku tidak mau berpikir seperti itu. Aku terlalu takut untuk memiliki perasaan suka pada Andra lagi, melebihi arti suka sebagai seorang sahabat.
"Enggaklah, gabung saja. Andra sedang menemaniku belajar. Belakangan ini memang memang dia suka datang ke sini atas permintaan Mama. Mama khawatir padaku, jadi meminta tolong pada Andra untuk sering-sering datang ke sini," jelasnya.