"Sudah sampai!" seru Dito setelah kami akhirnya sampai di depan kantor papanya.
"Duh … jadi deg-degan berasa baru mau pertama kali kerja," candaku padanya.
"Cie … memangnya sudah begitu yakin akan diterima bekerja di sini?" ledek Dito padaku.
"Wah … sudah barang tentu. Secara Aku sudah mengantongo tiket emas untuk memasukinya. Bahkan diberikan langusung oleh satu-satunya pewaris perusahaan." Sekali lagi Aku mengoda Dito.
"Hm … baiklah. Susah memang berbicara dengan orang istimewa," ungkap Dito.
"Seistimewakah diriku?" Aku pura-pura tidak paham bahwa dia memang menganggapku sangat istimewa di hidupnya.