"Maaf ya Aku cengeng. Kamu selalu berhasil membuat dinding pertahananku hancur," ucapku pada Dito.
"Itu artinya Kamu nyaman bersamaku. Sekarang sudah mau memaafkanku?" tanya Dito padaku.
"Belum sepenuhnya. Toh … sekarang Aku sudah menjalin hubungan dengan laki-laki lain. Gara-gara Kamu, Aku jadi harus bertanggung jawab dengan keputusan yang telah kuambil," jawabku.
"Tapi sebenarnya, hatimu masih untukku, kan? Kamu tak bisa berbohong di hadapanku. Semua terbaca jelas. Meskipun mungkin Kamu telah menjalin hubungan dengan laki-laki lain sekali pun, itu tidak menjadi soal. Hatimulah yang berbicara," kata Dito yakin.
"Jangan terlalu yakin. Kamu sudah lama meninggalkanku. Aku sampai lupa bahwa ini sudah 2 tahun kepergianmu," balasku.
"Buktinya Kamu menangis. Apa arti tangisan itu kalau bukan rindu?" tanya Dito mencoba membuatku jujur dengan apa yang kurasakan sebenarnya.
"Aku saja tidak yakin dengan perasaanku sendiri, kenapa Kamu begitu yakin?" ungkapku heran.
