Chereads / BECOME A BILLIONARE LOVER / Chapter 1 - Prolog

BECOME A BILLIONARE LOVER

Kasih_Kurnasih
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 4.9k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Prolog

●●●BECOME A BILLIONARE LOVER●●●

Alunan musik piano yang berdentang di tengah malam yang kelam, membuat siapapun yang mendengarnya akan ikut ke dalam rasa sakit yang ia rasakan. Nada yang membuat semua orang bersedih itu seolah menggambarkan betapa hancur hatinya. Hati yang dulu mampu merasakan indahnya kehidupan, kini telah berubah menjadi hati yang hampa tanpa ada sedikitpun kebahagiaan di sana.

Masa lalu adalah faktor utama dimana bangkitnya sisi gelap dalam dirinya.

Max Wingston Grace, laki-laki tampan yang dahulu penuh kasih sayang kini berubah menjadi Max si laki-laki kejam dan tidak berperasaan. Kekerasan adalah jalan hidupnya dengan kegelapan telah menyelimuti hatinya.

Sebuah penghianatan dan dendam benar-benar telah menghancurkannya. Hingga ia tidak ingin memiliki lagi tujuan hidup. Keputus asaan terus menggulung pikirannya, dan trauma selalu menghantuinya.

Siapa sangka di balik kesuksessannya menjadi seorang CEO dan gelar miliader dunia ternyata memiliki masa lalu yang sangat kelam? Bahkan keserakahan dan juga keangkuhannya dalam meraup keuntungan tentu membuat semua orang tidak ingin macam-macam padanya. Siapapun mereka apabila berani mengganggu ketenangan Max, maka bersiaplah menunggu kehacuran dalam hidupnya.

Selain sifatnya yang licik, Max memiliki gelar lainnya yang paling tersohor yaitu si Ladykiller. Tidak ada satapun perempuan yang tidak mampu Max taklukan entah itu dari kalangan artis maupun pembisnis. Namun tragisnya, semua akan berakhir dengan sama tidak sedikit dari mereka yang telah di campakkan Max setelah ia merasa bosan, bahkan sebagian dari lainnya mencoba menuntut laki-laki itu. Namun hingga saat ini tidak ada satu pun yang berhasil. Bagi Max dengan uang maka semuanya akan baik-baik saja.

Alunan musik sendu itu terhenti, kedua sorot mata tajamnya juga terbuka perlahan. Ruangan gelap yang menyisakan satu buah lilin kecil di atas Grand Piano itu membuat kilatan di matanya semakin terlihat tajam dan menusuk. Bahkan laki-laki yang kini sedang duduk di sebrang Max pun tidak berani untuk menatapnya.

Max beranjak berdiri dari duduknya, ia berjalan mendekati laki-laki yang sudah terikat dengan banyak tali di tubuhnya itu.

"Sudah berakhir."

Max tersenyum seraya memasukkan kedua lengannya ke saku celana. Tatapannya yang tajam dibalas dengan kedua sorot mata penuh kebencian dari laki-laki di hadapannya.

"Permainanmu telah berakhir sampai di sini."

Mata gelap seolah menunjukkan betapa bencinya ia terhadap Max tidak juga ia urungkan.

"Kenapa? Kau masih ingin membunuhku?" Ucap Max santai dengan raut wajah meremehkan. "Seharusnya kau sudah tahu sejak awal. Sebelum kau membunuhku, aku akan lebih dulu membunuhmu."

Tidak ada sedikitpun jawaban dari perkataan Max. laki-laki di hadapannya hanya bisa menatapnya dengan hati penuh amarah yang tak terhingga.

"Sejak awal kau telah mengincar kehidupanku kan?"

Max mengeluarkan benda besi berpelatuk dari dalam sakunya sebelum kemudian menodongkannya tepat di depan kepala laki-laki di hadapannya.

"Namun pada akhirnya.."

"Kaulah yang akan mati di tanganku."

DOR!

Darah mengalir dari celah lubang yang baru saja ia buat. Rasa lega di hatinya menyeruak keseluruh jiwanya. Sebelum kemudian ia tersenyum puas melihat orang di hadapannya telah memejamkan mata untuk selamanya. Rasanya sangat menyenangkan, terutama dia adalah orang yang ia cari selama ini.

"Kau salah memilih ku sebagai musuhmu. Karena aku tidak akan membiarkan satu orang pun mengusik ketenanganku, terutama mengusik orang yang paling berarti dalam hidupku."

Max berjalan menuju ke arah tempat Grand Pianonya sebelum kemudian ia mengambil lilinnya dari sana. Tanpa menunggu terlalu lama Max melemparkan lilin kecil setinggi kelingking itu ke atas lantai yang sudah telumuri minyak. Dan api pun langsung menjalar cepat ke seluruh ruangan. Max segera berlari keluar ruangan sebelum sebuah ledakkan besar menghancurkan ruangan itu dalam seketika. Dan hanya menyisakan puing-puing dari reruntuhan gedung akibat ledakkan yang baru saja ia perbuat.

Max tersenyum menatap gedung yang telah hancur di lahap api itu dengan bangga. Ia mengambil rokok dalam sakunya lalu menyalakan dan menghirupnya dalam sebelum melemparkannya ke sembarang arah. Tepatnya ke arah mobil yang terparkir di hadapannya.

"Siapapun yang berani berurusan denganku, maka bersiaplah untuk mati di tanganku."

Bau bensin mulai tercium tajam. Max memasukki mobilnya cepat, sebelum mobil yang tadi ia lemparkan rokok ikut terbakar dan meledak bersamaan.