Taph.
"Maaf tolong jangan pergi." Syarif menunduk dalam, mengekspresikan penyesalannya terhadap Gin. Kalau Gin hanya menunduk namun di balik itu Gin menatap tahu tantangan mereka.
Setelah menghela nafas akhirnya Gin pun mengalah. Gin duduk di samping Syarif. Mumpung di sana ada sebuah kursi.
Dilihat Syarif pun juga duduk di sebuah kursi lalu menatap ke arahnya. Tautan tangan mereka masih belum terlepas. Justru semakin menguat. Gin hanya terdiam.
Untuk ke sekian kalinya Gin menghela nafas. "Jadi kamu apa?"
"Jangan dekat-dekat dengan Ansar. Aku tak suka milikku diganggu orang lain."
"Cih." Gin mengalihkan pandangan. "Kau hanya terus memikirkan dirimu sendiri. Menganggap aku adalah milikmu tetapi tidak benar-benar mengakui keberadaanku. Jika terus begini aku pun juga akan muak."
Gin tersenyum sinis.