Sementara waktu Sharif diam, ia melakukan itu bukan berarti mengalah. Sharif punya misi sangkal pikiran Sharif mengenainya. Ansar mengetes, Sharif perlu senyum miring ke orang itu. Kasih perlawanan balik.
"Gin yang…"
"Aku apa?"
Pintu kamar tidak Sharif tutup. Di ambang pintu Gin menyeringai lihat Ansar. "Bagus, dia datang."
Mau Gin bergabung ke pembicaraan atau tidak, Ansar tak masalah. Justru Ansar senang.
***
"Jaga mulutmu. Sedikit sopan di rumah orang lain, tahu diri kau tinggal di sini." Gin belum menghampiri kakak-kakaknya. Gin dari Ansar masih terbilang muda. Soal marah, Gin tak tanggung-tanggung.
"Bukan soal tahu diri atau tidak, Gin. Masalahnya berhubungan ke nyawa."
Gin diam, ia melakukan itu bukan berarti mengalah. Soal ucapan Ansar benar, makanya Gin diam dulu. Gin mengangguk, ia pun mendekat. Sharif cegah Gin saat Gin hendak menghampiri Ansar. Gin cukup di belakang Sharif, tidak boleh dekat Ansar. Ansar bawa pengaruh buruk.