Cantika dengan cepat kembali dari rumah Liana dengan penutup panci di tangannya. Abimayu dan Anita masih di rumahnya. Cantika berjalan ke arah Abimayu dan Anita. Dia berkata sambil tersenyum, "Terima kasih telah membantuku."
Anita sering bermain dengan Tasya. Sekarang dia tahu bahwa Tasya
mencuri uang, dan ibunya telah berbuat salah terhadap Cantika, jadi dia sangat kecewa dengan Tasya. Dia memandang Cantika dan mengerucutkan bibirnya, "Aku senang karena kamu tidak mencuri uang."
Abimayu memandang Cantika, "Jika kamu memiliki masalah yang tidak dapat kamu selesaikan sendiri lain kali, kamu bisa menemui ayahku." Kepala desa di sini seperti kaisar desa, selama dia berbicara, penduduk desa tidak berani berbuat apa-apa.
"Ya." Cantika mengangguk dan memasuki dapur, sedangkan Abimayu dan Anita berpamitan pada Sukma dan kembali.
Di dapur, Dinar masih duduk terpuruk di lantai sambil berteriak "Aduh! Sakit sekali!" Melihat Cantika kembali, dia berteriak lebih keras, "Aduh, ini sangat menyakitkan."
Cantika berjalan dengan cuek. Dia kompor, memasang tutup panci yang
ukurannya sama dengan tutup panci yang rusak. Setelah menutupinya, Cantika menyalakan api dengan santai. Api berkobar, daging di dalam panci meluap.
Dinar yang menatap uap yang keluar dari tutup panci pun merasa lapar. Dia dengan susah payah menelan air liurnya. Dia terus berteriak, "Apa yang aku lakukan di kehidupanku sebelumnya, kenapa aku harus bertemu seorang gadis yang tega menyakitiku? Ya ampun…"
Cantika duduk di bangku dengan santai, memandang Dinar dengan senyuman, "Siapa di antara cucu perempuanmu yang sangat tidak tahu malu?"
Dinar menatap Cantika dengan tajam. Sepasang mata besarnya menyala, "Itu kamu!"
Cantika tersenyum, "Aku pikir kamu tidak hanya melakukan kejahatan di kehidupan sebelumnya, tetapi kamu akan melakukan banyak kejahatan dalam kehidupan ini."
"Kamu!" Dinar marah.
"Tidak apa-apa bagimu untuk membuat banyak keributan. Rumahku seperti ini sekarang. Tidak ada ayah, kami semakin terpuruk, kan? Jika kamu ingin beras, tidak ada. Kamu ingin uang? Tidak ada juga. Lebih baik pulang saja."
"Kamu menyakitiku, kamu harus meminta maaf. Aku ingin makan di rumahmu hari ini, anggap sebagai permintaan maafmu!" Dinar yang serakah melihat panci Cantika yang penuh dengan ayam. Dia ingin memakannya sekarang.
Ketika Cantika mendengar ini, wajahnya semakin dingin, "Aku tidak akan memberikan ini padamu!"
"Aku hanya ingin makan sedikit!"
"Nenek, ibuku tidak makan ayam selama ini. Aku memasak ini semua untuk ibuku, bukan untukmu."
"Mengapa kamu begitu tidak jahat? Aku nenekmu! Bukankah seharusnya
cucu perempuanku memberi hidangan yang enak padaku? Kenapa kamu malah menyakiti aku dan tidak memberikan makanan itu padaku? Apakah kamu berani sombong padaku sekarang?"
Cantika menolak memberikannya, jadi Dinar secara alami menjadi marah dan melompat ke arah Cantika sambil mengutuk.
"Ibu, bagaimana ibu bisa mengatakan itu pada Cantika?" Meskipun Sukma pengecut, tapi dia sangat mencintai putrinya. Apa yang Dinar katakan barusan membuatnya sedikit marah.
"Apakah salah bagiku untuk mengatakan bahwa dia adalah gadis yang tidak berbakti?" Dinar berbalik dan mengutuk Sukma, "Kamu memang wanita yang tidak bisa melakukan apa-apa. Kamu memiliki anak perempuan yang tidak berpendidikan, dan sekarang dia berani melawan orang yang lebih tua!"
Tidak bisa melahirkan seorang putra untuk suaminya selalu menjadi hal yang membebani bagi Sukma. Sekarang setelah Dinar menegurnya, mata Sukma tiba-tiba memerah, dan dia tidak berani menjawab.
"Karena kamu pikir aku tidak berpendidikan, nenek, bisakah kamu keluar?" Cantika juga marah, dan berkata kepada Dinar tanpa basa-basi. Dia berharap orang ini akan pergi ke neraka! Cantika tidak akan pernah melupakan apa yang dilakukan Dinar terhadap
keluarganya di kehidupan sebelumnya.
Dalam kehidupan sebelumnya, Cantika memiliki temperamen yang sama dengan Sukma, rendah diri dan pengecut. Ketika Dinar memukul dan
memarahi mereka, Cantika tidak berani menjawab.
Sekarang Cantika diberi kesempatan untuk menjalani hidupnya kembali. Dia tidak akan lagi dikuasai oleh rasa takut. Terlepas dari umur, selama dia diintimidasi, dia harus melawan dengan berani.
"Dasar jalang!" Dinar memelototi Cantika. Melihat mata gelap Cantika yang sangat dingin, dia agak takut entah kenapa. Dia pun beralih untuk menatap Sukma dengan kejam, "Lihat saja, aku akan menghancurkan keluargamu ini!" Setelah mengutuk, dia pergi.
Melihat Dinar pergi, Sukma masuk dan mengajari Cantika, "Nak, dia
juga nenekmu. Jika dia ingin makan di sini, biarkan dia makan. Kamu tidak bisa terlalu melawan orang tua itu."
Cantika mencibir, "Tidak setiap orang tua layak dihormati, seperti nenek tua itu. Mengapa aku harus menghormatinya?"
"Setidaknya biarkan dia makan jika dia ingin makan di sini, nak."
"Keluarga kita tidak makan daging atau ayam sepanjang tahun ini. Adikku baru saja lahir beberapa hari yang lalu. Ibu belum makan sesuatu yang bernutrisi untuk menghasilkan ASI. Dan sekarang aku membeli ayam ini untuk ibu. Aku ingin ibu bisa makan daging atau ayam setidaknya sekali seminggu." Cantika memandang Sukma dengan tatapan sedih, "Ibu, semakin pengecut orang, semakin dia akan diintimidasi. Ibu tidak bisa terus seperti ini."
Sukma menunduk dan bergumam dengan suara rendah, "Aku juga ingin mengangkat wajahku, tapi aku tidak bisa dibandingkan dengan bibimu. Dia memiliki anak laki-laki."
"Memangnya kenapa? Itu sama…" Cantika merasa lemah untuk menjelaskan, jadi dia memutuskan untuk diam.
Di masa ini, Cantika tahu bahwa jika seorang wanita melahirkan anak laki-laki, dia akan dipuji habis-habisan. Itu karena anak laki-laki dianggap lebih bertanggung jawab. Jika Cantika ingin menjelaskan kepada Sukma bahwa hal tersebut tidak sepenuhnya benar, dia merasa penjelasannya tidak berguna di masa ini.
Cantika memandang Sukma dalam-dalam, "Ibu sudah lama berdiri.
Kembali dan tidurlah. Ayam ini harus direbus untuk waktu yang lama. Aku akan memasaknya dengan arang di atas api kecil, dan aku akan menyajikannya pada ibu nanti."
Sukma sudah lama berdiri, perut bagian bawahnya sakit, "Baiklah, ibu akan kembali dan berbaring sebentar."
Cantika memandangi sosok kurus Sukma dengan suasana hati yang campur aduk. Dalam kehidupan terakhir, Sukma melakukan pekerjaan yang berat. Setelah satu-satunya pilar dalam keluarga telah hilang, tubuhnya hancur, dan dia menderita penyakit karena stres ditinggal oleh suaminya. Dalam kehidupan ini, Cantika berharap kesehatannya lebih baik. Dia tidak ingin ibunya menderita rasa sakit.
Cantika mengambil dua ember penuh makanan sapi dan memberikannya pada ketiga sapi di kandang. Satu-satunya barang berharga di keluarga ini adalah ketiga sapi tersebut. Biaya sekolah dan biaya hidup bergantung pada mereka.
Setelah memberi makan sapi, Cantika mengambil air dan kembali untuk
membersihkan kandang sapi tersebut.
——
"Kamu selalu pintar, mengapa kamu bodoh di depan Abimayu?" Setelah Liana membawa pulang Tasya, dia tidak menyalahkannya karena mencuri uang. Dia justru menunjuk ke hidung Tasya karena sudah berbuat hal yang memalukan di depan Abimayu.
Mata Tasya memerah. Air mata sudah mengalir deras, dia sangat sedih, "Ibu, akankah Abimayu tidak suka padaku? Apa dia akan menganggapku pencuri?"
"Wanita jalang itu sudah menggali lubang agar kamu melompat ke dalamnya. Dan kamu malah melompat, dasar idiot! Keluarga Sinaga tidak akan pernah menyukai gadis yang suka mencuri!" Liana tidak bisa menahan diri melihat kelakuan anaknya yang memalukan. Dia harus mencari cara agar Keluarga Sinaga tidak menganggap anaknya ini sebagai pencuri dan mengembalikan nama baiknya.