Di kediaman Wijaya, pohon Natal sudah berdiri tegak, lengkap dengan segala dekorasi yang menghiasinya. Lampu berkelap-kelip indah, membuatnya jadi semakin meriah.
Robi tengah menatap pohon itu dari balkon kamarnya. Meski perayaan Natal selalu meriah di kediamannya, semua itu tetap terasa sepi karena semua orang di kediaman Wijaya sibuk dengan dunianya sendiri.
Hanya Yustina yang memberinya perhatian lebih. Namun, bukan sebagai cucu, melainkan sebagai penerus keluarga di masa depan.
Meski di luar sangat meriah sekalipun, dia bahkan tidak bisa menikmatinya karena Yustina mengurungnya di kamar dengan setumpuk buku pelajaran yang belum saatnya dia pelajari.
Yustina selalu menekannya agar menjadi penerus yang sempurna, pandai dan berhati baja. Dia selalu membandingkan Robi dengan David yang juga menerima pendidikan serupa dari Martin.
Bak alat perang, Robi dan David selalu diperbaharui dari segi keilmuan mereka sejak dini agar siap untuk berperang di masa depan.