Rose menatap Robert penuh rasa benci. Seluruh tubuhnya terasa sakit setelah digauli secara paksa oleh kekasihnya itu, bahkan cairan cintanya masih mengalir dari kemaluannya.
Pria itu menghidupkan pematik, lalu membakar ujung cerutunya. Seketika asap mengepul memenuhi ruangan, membuat wanita itu sedikit terbatuk-batuk.
"Kau egois, Rob! Dasar pria sialan!" hardiknya.
"Apa salahnya menjadi gundikku, Rose? Toh, hatiku tetap saja milikmu—"
"Tidak!" sergah Rose. "Hatimu bukan lagi jadi milikku seutuhnya."
"Hanya sedikit, Rose. Perasaanku padamu tetap sama. Tolong, tetaplah di sisiku."
Rose terdiam, dia kesal dan jengkel namun tidak bisa memikirkan jalan lain selain menerima ajakan itu.
"Brengsek!" hardiknya.
Robert bangkit, lalu meletakkan cerutunya. Dia segera membasuh tubuhnya agar tidak meninggalkan bekas di sana. Sebentar lagi dia harus kembali pada sang istri, tentu saja dia tidak mau membuat Yustina curiga.