Alan menatap lekat Nana yang masih memaku, juga anak buahnya yang lain dengan tajam. "Apa kalian sudah tidak waras?!"
"Lan—"
"Oma juga! Apa yang Oma mau, ha?! Apa yang Oma dapatkan?!" Nana hendak memeluk tubuh Alan, namun dengan cepat Alan menghindarinya. "Jangan sentuh aku!"
Melihat penolakan itu, perasaan Nana semakin memburuk. "Lan ... dengarkan dulu—"
"Apa yang harus aku dengarkan? Pembelaan atas apa yang sudah Oma lakukan?!"
"Lan ... dengarkan dulu, Please."
Melihat Nana mulai melemah, Alan langsung berpikir keras agar wanita itu mau melepaskan Narsih dan juga kedua keponakannya. Dia berlari menuju belati milik Nana yang tergeletak di atas tanah, lalu menempelkannya di leher. "Jangan mendekat atau aku akan melukai diriku sendiri!" ancamnya.
Melihat itu, Nana langsung menghentikan langkah kakinya. Tentu saja dia tidak mau Alan sampai terluka. "B-baik ... Oma akan diam. Tapi ... turunkan dulu belati itu, benda itu tajam, nanti bisa melukaimu," bujuknya.