Marie terus menangis terisak, melihat jasad Elise yang sudah terbujur kaku karena serangan jantung yang tiba-tiba.
Belum lagi putrinya sembuh dan keluar dari rumah sakit, saat itu ujian kembali datang padanya karena tiba-tiba Elise pergi meninggalkannya.
Martin yang menjadi otak dalam sandiwara perusahaan bodong itu hanya bisa menatap jasad Elise dengan tatapan nanar. Padahal, dia tidak berniat sampai membuat wanita tua itu meninggal dunia, namun siapa yang menyangka kondisi malah semakin sulit dan tidak bisa dia kendalikan.
Meski begitu, bagi Martin tidak ada salahnya juga Elise meninggal dunia. Dengan begitu, dia bisa mengatur Marie dan memindah alihkan semua aset yang tersisa menjadi miliknya.
Di sisinya, Arumi yang mengantar Elise juga hanya bisa menangis terisak, merutuki kebodohan mereka karena terlalu ceroboh.
"Ini semua gara-gara penipu itu, Mar ... kita harus lapor polisi," ujarnya dengan suara isakan tangis yang menggema.