Chereads / Pernikahan Kontrak Tuan Muda / Chapter 14 - Ponsel Baru

Chapter 14 - Ponsel Baru

Jam menunjukkan pukul 5 sore, dan keduanya belum juga terbangun sampai sering ponsel yang membangunkannya.

Kenzo berdecak kesal, mengambil ponselnya dengan mata masih terpejam akibat dering ponsel Kenzo yang nyaring membuat Diva terbangun.

Diva sempat terkejut saat kenzo memeluknya, Diva akan melepasnya namun Kenzo malah semakin mendusel ke arahnya.

"Siapa!" ucap Kenzo tak senang.

"SIAPA-SIAPA, INI MAMA KENZO!" Kenzo segera menjauhkan ponselnya setelah mendengar suara nyaring dari mamanya.

"Kenapa ma?" ucapnya malas.

"Kamu lagi ngapain?" tanya Emeli dari seberang.

"Tidur. Mama ganggu!" kesal Kenzo.

"Jam berapa ini Kenzo kamu masih tidur? menantu kesayangan mama mana?" tanyanya.

"Ini lagi tidur sama, Ken. Gara-gara mama telpon istri aku jadi ke bangun, kasihan dia kecapekan!" sahut Kenzo membuat Diva melotot.

Kenapa jadi dia yang di jadikan alasan, Kenzo terkekeh pelan saat mendapati wajah sebal istrinya.

"Kecapekan apa? kamu suruh ngapain menantu mama. Jangan macem-macem ya!" sahut Emeli cepat.

"Macam-macam apa sih, ma. Diva capek karena habis tarung, udah ah mama pingin tahu banget sih."

"Tarung?"

"Mama mau cepet-cepet punya cucu nggak? kalau iya yaudah jangan ganggu."

"Oh, mama tahu kamu habis itu!" Emeli tertawa kecil mendengarnya.

"Baiklah, lanjutin aja mama tutup panggilannya. Semangat! kalau Diva udah capek jangan dipaksain, buatin mama cucu yang banyak ya!" ucap Emeli sebelum sambungan terputus.

"Dikira kucing a---"

Bugh!

"Ish, kok tuan muda ngomong gitu sih! entar mama jadi mikir yang macem-macem lagi." Diva menabok lengan Kenzo cukup kencang.

"Aduh, sakit sayang!" Diva melotot galak, dia tidak perduli. Kenzo memang sangat menyebalkan.

"Bodo, salah sendiri!" Saat Diva akan pergi Kenzo menarik tangannya membuat Diva terjatuh di atasnya.

"Kenapa sih marah-marah terus, hormon ibu hamil ya?" kekehnya.

Bugh!

Diva kembali menabok tubuh Kenzo kali ini dadanya. "Apa sih, gak jelas banget kamu tuh! lepas deh aku mau mandi, gerah tau!"

"Mandi bareng gimana?" goda Kenzo sembari menaik turunkan alisnya.

"GAK!"

****

"SAYANG, ANBILIN AKU HANDUK!" teriak Kenzo dari dalam kamar mandi.

Diva yang tengah mengeringkan rambutnya pun berdiri mengambilkan handuk untuk Kenzo. "Nih!" ucapnya.

Kenzo membuka lebar pintu kamar mandinya membuat Diva berbalik. "A-apa-apaan sih kamu!" kesalnya.

Kenzo tertawa kecil. "Masuk aja!"

"Nggak! nih ambil, atau aku taruh di bawah aja!" ujarnya. Kenzo tersenyum miring, mengeluarkan tangannya untuk meraih handuk itu.

"Mana?"

"Ini!" Bukan handuknya yang dia tarik tapi tangan Diva lah yang dia tarik masuk.

"Aaa!" teriak Diva terkejut, matanya melotot saat Kenzo menariknya tepat di guyuran air.

Membuat tubuhnya kembali basah. Kenzo menatapnya lekat dengan senyum tipis di bibirnya. Tangannya mengusap pelan pipi Diva. "Kenapa diem hm?"

"Ka-kamu a-paan sih, aku kan udah mandi!" ucap Diva terbata, tubuhnya terasa menggigil.

"Dingin?" tanya Kenzo tak menghiraukan ucapannya.

"Iya. Aku mau keluar!" Kenzo menahannya memojokkan tubuh Diva pada dinding, mengukungnya dengan kedua tangannya.

"Mau aku angetin?" Diva melotot mendengarnya, memukul dada Kenzo kesal.

"Jangan macem-macem kamu ya!" pelototnya.

Kenzo menangkup wajah Diva merambat pada bibir tipis itu, ibu jarinya mengusap bibir ranum itu pelan.

Sebelum bibirnya ikut mendarat pada bibir Diva, mengecupnya pelan sampai ciuman itu menjadi ciuman nafsu.

Diva hanya diam memejamkan matanya menikmati ciuman Kenzo meski dia tidak membalasnya. Kenzo mengigit kecil bibir Diva membuat bibir itu terbuka.

Lidahnya berkelit dengan lidah Diva keduanya saling bercumbu Kenzo lebih domain.

"Mphhh!" Diva mendorong tubuh Kenzo saat nafasnya mulai terengah. Kenzo tersenyum tipis setelah membiarkan Diva meraup oksigen dengan rakus.

Kenzo kembali melayangkan ciuman memabukkan itu lagi, dia merasa candu dengan bibir manis istrinya.

Kedua tangan Diva melingkar pada leher Kenzo. Ciuman mereka berdua semakin panas, tangan Kenzo mulai meremas apa yang bisa dia remas.

Diva hanya diam mencoba menahan suara-suara aneh yang akan keluar dari bibirnya, ciuman itu turun ke lehernya.

Diva ingin menolak namun dia tidak munafik jika dirinya menikmati semua sentuhan yang Kenzo berikan.

Bibir Kenzo mulai menjelajah di area leher Diva memberi tanda kepemilikannya yang banyak lada leher jenjang itu.

"Ahhh!" desahan itu keluar membuat Diva merasa malu, hal itu semakin membuat Kenzo terbakar api gairah.

"Ken, hen-tikan!" Diva mendorong tubuh Kenzo membuat lelaki itu berhenti. Diva menatap lekat mata lelaki yang tengah menatapnya sayu.

"Sayang!" mata itu dipenuhi kabut gairah, membuat Kenzo tak bisa menahan lagi.

"I-ini nggak ada di perjanjian, ka-kamu jangan melanggar!" ucap Diva terbata, air mata gadis itu meluruh begitu saja.

Kenzo mengusap wajahnya kasar, sial! di saat dia sudah dipenuhi kabut gairah, ini semua harus terhenti begitu saja.

"Ma-maafin aku!" Diva segera keluar dari sana, meninggalkan Kenzo yang hanya diam melihatnya.

Terpaksa, dia harus kembali bermain sendiri. "Tahan, Ken. Belum saatnya lo dapatin Diva seutuhnya!"

****

Diva segera mengganti pakaiannya, dengan baju lengan panjang dan turun ke bawah untuk memasak makan malam.

Rambut yang dia Cepol asal, meninggalkan beberapa anak rambut. Dengan celemek bunga-bunga yang dia gunakan.

Tangannya dengan cekatan memulai masakan yang akan dia buat. Cukup lama Diva berkutat dengan alat dapur sampai dia merasakan sebuah tangan melingkar di perutnya.

"Sayang, maaf!" bisiknya, hembusan nafas yang menerpa leher Diva membuat darahnya mendesir.

"Iya, kamu duduk di meja makan dulu, makanannya udah mau jadi." Diva merasakan anggukan di belakanganya, tapi bukannya pergi Kenzo malah berdiri di sampingnya.

"Aku bantu ya!" ucapnya.

"Eh, nggak usah. Kamu duduk aja! masakannya udah mau matang kok, duduk aja ya. Mending kamu anteng daripada buat rusuh!" ujar Diva dengan senyum manis.

Dia hanya tidak ingin masakan yang sebentar lagi akan matang jadi hancur karena perbuatan suaminya.

Kenzo mendengus kesal, padahal dia berniat baik untuk membantu Diva tapi baiklah dia akan menurut.

Duduk anteng di meja makan, sembari melihat Diva yang terlihat lebih cantik dan seksi. "Sejak kapan gue jadi nafsuan gini!" Kenzo mengusap kasar wajahnya membuang semua pikiran buruk itu.

Ting!

"Siapa? kamu ada tamu?" tanyanya pada Diva yang dia jawab gelengan. Kenzo dengan malas bangkit dan membuka pintunya.

Kenzo menatap datar seorang pria yang tengah berdiri di hadapannya, dengan pandangan menelisik.

"Dengan Tuan Kenzo?" tanyanya.

"Hm."

Pria itu mengeluarkan paket yang dia bawa, memberikannya kepada Kenzo. "Ini ada paket dari Tuan Moreo untuk Anda, silahkan tanda tangan di sini tuan!"

Setelah menyelesaikan semuanya Kenzo segera menutup pintunya. Dia membuka paket itu dan menemukan ponsel baru untuk istrinya.

"Good!" ucapnya senang.

Ponsel baru untuk Diva yang sudah dia sadap, jadi apapun yang Diva lakukan Kenzo pasti akan tahu.

"Siapa?" tanya Diva.

"Paket." Kenzo menyembunyikan ponsel baru itu duduk dengan tenang, setelah makanan sudah tertata rapi di meja makan.

Diva melayaninya dengan sangat baik, mengambilkan makanan untuk suaminya, masakan sederhana namun terasa sangat lezat di lidah Kenzo.

Makan malam yang penuh khidmat, tidak ada suara dari mereka. Itu adalah aturan yang Kenzo berikan, selama jam makan tidak ada yang boleh bersuara di meja makan.

Kenzo telah menyelesaikan acara makannya begitu juga dengan Diva, gadis itu segera bangkit untuk membersihkan meja makan namun terhenti saat Kenzo menahannya.

"Apa?"

"Buat kamu, happy anniversary untuk yang ke satu bulan!" kekehnya. Diva mengerjab pelan, benarkah? bahkan dia lupa jika ini satu bulan pernikahannya.

"Untukku?"

"Iya sayang. Untukmu, bukalah! semoga kau suka." Diva mengangguk membuka bungkusan itu dan mendapati ponsel di dalamnya.

"Sungguh? tapi, aku masih punya ponsel!" Kenzo tersenyum mengacak rambut Diva gemas.

"Ponsel lamamu, sudah aku buang dan aku sudah menggantinya dengan ini. Jangan risau semua nomor keluargamu sudah ada di sini tentu dengan nomorku juga."

"Kau buang? tapi ponselku masih bagus!" Diva mengerucutkan bibirnya sebal.

"Bagus apa? ponsel buluk seperti itu kau bilang bagus. Sudahlah ambil saja ini, kau suka kan?"

"Suka, tapi---"

"Nggak usah banyak tapi. Ambil dan simpan, besok kau sudah mulai kerja bukan?" Diva mengangguk.

"Ayo tidur, sudah malam!"

"Bentar, aku belum membersihkan ini!"

"Ayo, aku bantu!"