"Kenapa tak menungguku dulu, Bodoh! Ada apa dengan Batu Giok Meteorit-mu itu, hah?! Apa itu sudah tidak bekerja akhir-akhir ini, A-Feng? Apa sebaiknya kita pergi ke Alam Dewa lagi untuk meminta garansi, huh?" Yushen menggerutu di sisi Sifeng.
Meski terus saja menggerutu, tapi Yushen masih tetap memapah adiknya dengan hati-hati. Yushen tahu bahwa adiknya itu pasti tidak baik-baik saja. Meski Nyonya Haruhi begitu kejam pada Sifeng, tapi adiknya itu sangat menyayangi ibu kandungnya itu lebih dari apa pun. Sifeng pasti begitu terpukul saat ini, pikir Yushen.
Sifeng sedikit memaksakan senyumnya.
"Gege, kau sudah kembali? Syukurlah ...!" lirih Sifeng. Ia begitu lega karena Yushen masih di sisinya. Ia sempat berprasangka buruk kalau Yushen tak akan menyayanginya lagi. Ancaman Yushen tadi pagi, benar-benar mengerikan bagi Sifeng.
"Memang ke mana aku selama ini, heh? Kenapa menanyaiku 'sudah kembali'?" Yushen berucap, heran.
