Awalnya, Sifeng tak pernah takut akan kematian, karena ia tahu ada atau tidaknya dia di dunia ini tak berpengaruh bagi kehidupan keluarganya.
Namun kini? Mereka semua menganggap Sifeng ada dan bagian dari mereka. Ini membuat Sifeng sulit untuk meninggalkan mereka. Lagipula, Sifeng begitu menikmati hidupnya akhir-akhir ini.
"Ada apa, A-Feng? Kau tak makan, heh?" tanya Yushen, yang menyadari adiknya hanya memutar-mutarkan sendoknya dari tadi.
Sifeng menggeleng pelan.
"Bukankah kau menyukai masakan mama, Son? Dari dulu kau selalu meminta mama memasakkan untukmu, 'kan? Tapi maaf, mama selalu mengabaikanmu sejak dulu," ucap Nyonya Wang, terlihat sedih. Ia duduk di sebelah Zhang Lian.
"Lupakan masa lalu, Ma! Yang terpenting mama mau menjadi ibuku saat ini. Itu sudah cukup bagiku," ucap Sifeng. Tak memiliki Batu Giok Meteorit, membuat Sifeng jadi melankolis seperti dulu lagi.