"Kau menyesal karena tidak pernah mensyukuri hidupmu, heh?" tebak Yushen.
Sifeng mengangguk.
"Aku benar-benar menyesal karena pernah ingin mengakhiri hidup."
"Saat itu kau masih labil, A-Feng. Jadi, aku memaklumi depresimu saat itu."
"Aku memang bodoh, Lao Yu. Tapi, entahlah! Mungkin saat itu setan membisikkan hal bodoh. Yang terlintas di pikiranku hanya menghilang dari dunia ini. Aku lelah tak pernah dicintai, aku lelah dengan semua ucapan-ucapan kasar Mama Wang, aku juga lelah diabaikan sejak kecil. Aku lelah dengan usahaku sendiri untuk mendapat perhatian mereka.
"Namun, akhir-akhir ini semua usahaku itu membuahkan hasil ternyata. Dan semua karena kehadiranmu, Lao Yusheb."
Yushen memukul kepala adiknya, keras.
"Kata-katamu terdengar menjijikkan, Bodoh!"
Sifeng tersenyum singkat. Ia kembali menikmati memakan roti.
Sekilas ia melihat tanah yang berada jauh di bawah kakinya. Benar, mereka berada di lantai 13 gedung yang akan dijadikan hotel ini.
