"Bolehkah aku minta es krim?" ujar Mizuki setengah takut-takut.
"Hmm, baiklah. Tunggu di sini!"
Mizuki menatap kepergian lelaki yang baru beberapa hari jadi suaminya itu. Ia mengagumi betapa gagahnya sosok Takeru itu.
"Bagaimana bisa tubuh tinggi dan bahu selebar itu memiliki kepala yang begitu kecil," gumam Mizuki. Ia tersenyum sendiri.
Namun, kilasan ingatan tiba-tiba membuat senyuman Mizuki memudar. Ingatan tentang pemuda lain, Lizen.
Kilasan kejadian malam sebelum hari pertunangannya berkelebatan dalam ingatan Mizuki. Ia menggeleng cepat sambil bergumam, "Bukan, pemuda itu pasti bukan Lizen. Aku melihatnya dengan jelas. Lelaki itu memanglah Takeru. Aku tak mungkin salah mengenali orang."
Mizuki tercenung beberapa saat. "Tapi, kalau itu memang bukan Takeru, lalu siapa? Bagaiman bisa ada dua Takeru di malam itu." Mizuki bermonolog.
"Kau mengatakan sesuatu?"
Suara dari arah belakang Mizuki, membuatnya langsung menoleh ke arah belakang.
"Takeru-sama?" pekik Mizuki tertahan.
