"Aku Lizen, kau tak ingat?"
"Tenangkan dirimu dahulu, dan berpikirlah secara jernih. Jangan merasa takut! Aku ada di sini bersamamu, Mizuki-san."
Mizuki terdiam sejenak. Mengamati lebih intens pria berambut cokelat tua yang berada di hadapannya itu. Mata Mizuki terasa panas. Cairan bening memenuhi kelopak matanya. Bibirnya bergetar. Detik berikutnya, tangisnya pecah hingga bahunya juga bergetar hebat.
Lizen tak tega melihat itu. Ia menarik kepala Mizuki untuk bersadar di dada bidangnya.
"Tenanglah! Tidak akan ada yang bisa menyakitimu lagi. Aku sudah berada di sini," ucap Lizen.
Mizuki tak mampu berkata. Hanya isakan yang terdengar, tapi ia menggangguk pelan.
Lizen menarik dagu Mizuki untuk mendongak, menghadap ke arahnya. "Jadi, apa kau sudah siap pergi bersamaku malam ini?"
Mata Mizuki membeliak seketika. Ia menarik tubuhnya, sedikit menjauh dari Lizen.
"Aku ... maaf. Aku tidak bisa melupakannya, Lizen." Mizuki berucap lirih.