"Siapa itu Takeru?"
"Dia calon suami kekasihku." Lizen memijit dagunya. "Mungkinkah dia marah karena calon istrinya tidur bersamaku semalam?"
"Apa?!"
Yushen bangkit dan menarik tangan Sifeng, membantunya berdiri. Yushen menatap tajam ke arah Lizen.
"Jadi, semua komplotan itu hanya mengincarnmu, huh?"
"Entah, aku juga belum yakin mereka suruhan Takeru atau bukan. Lagipula apa salahku, coba? Itu hanyalah salam perpisahan, kalian tau?" ucap Lizen begitu enteng.
"Salam perpisahan apa, oi! Kalau aku jadi si calon suami wanita itu, pasti aku tak akan membiarkanmu hidup. Dasar Mesum!" Sifeng hendak menoyor kepala Lizen.
Namun, Lizen lebih dulu memuntir
tangan Sifeng sebelum menyentuh kepalanya. "Jangan menyentuh kepalaku yang berharga ini, Brengsek! Kepalaku ini lebih berharga dari nyawamu, Manusia!" bentak Lizen.
Plak!!
Suara pukulan disusul pekikkan nyaring terdengar. Lizen menatap tajam Yushen yang baru saja memukul kepalanya.
"Apa yang kau lakukan, hah?!"
